Sunday 27 December 2009

What Came First, the Scarcity or Condition?

Seperti yang kita tahu, selain kecintaan akan mengoleksi, orang juga melihat sisi investasinya. Akan sangat menyenangkan bila kita tahu ada harta karun didalam koleksi kita. Begitu pun ketika mengoleksi piringan hitam. Banyak album-album langka diluar sana menunggu di gali atau ditemukan.
Dan permasalahan pelik yang muncul kala kita mengoleksi piringan hitam adalah menentukan harganya. Jerry Osborne, yang kerap dijuluki ”Godfather of Record Collecting” telah mengeluarkan semacam buku panduan harga yang sangat membantu bagi para kolektor dan penjual piringan hitam dalam menentukan harga piringan hitam mereka. Jerry Osborne memang seseorang dengan pengalaman bertahun-tahun dalam bidang ini. Panduannya dipakai oleh banyak orang dan dapat di-download. Panduan harga ini terus di-update setiap tahun dan telah terbit sebanyak 130 seri.
Dalam bukunya ”The Fascinating of Vinyl Record Collecting”, Robert Benson menulis bahwa, SEBERAPA LANGKA DAN TUA PIRINGAN HITAM ITU, KONDISI TETAP NOMOR SATU. Kita sudah akrab terlebih dahulu dengan singkatan NM, M, VG, atau G yang merupakan tingkatan kondisi piringan hitam yang akan menentukan harganya. NM berarti Near Mint yang berarti baik visual maupun audio semuanya dalam kondisi prima. Sebuah piringan hitam dalam kondisi NM berada dalam kisaran harga penuh, sementara VG atau Very Good (atau kerap juga disebut Excellent tergantung dari pedoman mana yang diambil) berharga sekitar 75% dari NM. Jadi walaupun anda menemukan sebuah piringan hitam langka dari era 50an dalam kondisi memprihatinkan, tetap saja harganya akan jatuh.
Banyak faktor yang mempengaruhi meroketnya harga sebuah album. Yang pertama adalah kelangkaan. Banyak piringan hitam dijual dalam jumlah sangat terbatas seperti contohnya album-album RnB era 1950an ketika promosi dan publikasi sangat kurang. Hal ini nantinya akan mempengaruhi permintaan pasar di era sekarang. Faktor kedua adalah Permintaan pasar. Seiring era internet yang semakin menggurita, banyak situs-situs lelang seperti Discogs.com, eBay.com kemudian menjadi sumber mencari album-album tua. Album-album yang dikira sudah hilang kemudian muncul lagi dalam harga fantastis. Masih banyak faktor lain seperti sejarah band dan label, tahun rilis, kondisi album, dsb.
Panduan harga milik Jerry Osborne memiliki akurasi dan dapat dipercaya. Harga yang tertera di buku itu adalah harga dalam kondisi M atau Mint. Dan sebaliknya yang terjadi di Indonesia, Vinyl Grading atau menentukan kondisi sebuah vinyl sangat jarang digunakan. Walaupun vinyl grading sangat bersifat subjektif, tetap saja harus dilakukan guna menentukan harga jual sebuah vinyl. Panduan vinyl grading milik Goldmine (kerap disebut Goldmine Standard) sangat membantu dan mudah dipahami. Sehingga sudah selayaknya bagi para kolektor untuk mulai menggunakan panduan itu saat berencana menjual koleksinya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kenapa banyak orang enggan melakukan vinyl grading di Indonesia. Pertama, malas mencari informasi. Padahal banyak sekali informasi mengenai panduan-panduan grading di internet yang bisa di gali. Kedua, mental si penjual yang ingin menangguk untung besar dengan strategi menjual barang langka. Padahal seringkali kita temui vinyl-vinyl bekas dengan kondisi yang lebih cocok mengisi tempat sampah. Yang ketiga, vinyl tergolong barang langka di Indonesia apalagi setelah era 1970an dimana banyak pabrik-pabrik pemrosesan piringan hitam gulung tikar. Para pencinta vinyl harus berbelanja online atau ke luar negeri untuk mendapatkan incarannya. Memang ada semacam surga piringan hitam murah di Jalan Surabaya Jakarta, tapi itu sangat bersifat untung-untungan dan tidak selalu ready stock.
Faktor keempat, fenomena online shopping kerap membawa permasalahan tersendiri. Vinyl tergolong barang mahal dari mulai $9.99 hingga ratusan sampai ribuan dollar. Ditambah ongkos kirim yang terus menyesuaikan situasi ekonomi. Dan ketika vinyl yang dipesan sampai ke tangan, tak jarang kondisinya sudah jauh berbeda dari awal mula karena proses pengiriman yang terkadang asal-asalan. Sehingga harga jual kembali juga sudah seharusnya jatuh. Namun karena secara prinsip ekonomi, penjual tentu tak mau rugi dan tak lagi memedulikan grading. Mereka maunya tetap mengambil untung dari vinyl yang sudah berubah kondisi tersebut.
Saya pernah punya pengalaman ”dirampok” ketika membeli piringan hitam incaran pada saat awal-awal menyukai piringan hitam. Dari sebuah situs pertemanan, saya mendapat kontak ke seorang penjual piringan hitam yang kebetulan memiliki apa yang saya cari yaitu plat hitam ”Municipal Waste – Hazardous Mutation”. Tadinya dia enggan menjual album tersebut dengan alasan masih menyukainya dan sudah sold-out di toko-toko online. Saya membujuknya dengan berbagai cara. Akhirnya dia mau melepasnya dengan harga Rp.450.000,- karena saya minim pengetahuan, saya setuju saja. Dan keesokan harinya si penjual menaikkan harga menjadi Rp.500.000,- betapa bodohnya saya menyetujuinya begitu saja.
Setelah barang datang, saya sangat kecewa dengan kondisinya; tanpa segel, bukan gatefold jacket, kover yang sudah agak berkerut, pojok sampul yang bengkok. Dan yang masih membuat saya dongkol hingga detik ini, di situs-situs macam ebay harga sebuah NM kopinya saja hanya dibawah 20dollar-an. Saya memutuskan tak lagi mempercayai penjual ini. Ketika dia menawari sebuah ”Anthrax – State of Euphoria” First Pressing (katanya) saya tak menggubrisnya sama sekali. Karena saya mendapatkan 2 album Anthrax di ebay Cuma seharga 6 dollar dan dalam kondisi memuaskan pula.
Jadi kesimpulannya, untuk anda yang baru mulai mengoleksi, ada baiknya menggali informasi-informasi sebanyak mungkin khususnya tentang vinyl grading tersebut. Jangan terjebak dalam ”kelangkaan”, karena yang terpenting adalah kondisi piringan hitamnya. Saat ini di Indonesia, piringan hitam bukan sebuah bisnis yang menjanjikan, jadi bergerak lah dengan passion dan kecintaan, bukan uang. Dan yang menjadi faktor terpenting adalah KEPERCAYAAN.

Saturday 26 December 2009

Top Record Albums 2009

Tak hanya dari segi musik, daftar album terbaik ini juga melihat secara kesuluran baik dari segi artwork dan packaging-nya. Membuat daftar seperti ini memang gampang-gampang susah. Banyak yang berpikir bahwa membuat top 5 list itu sangat subjektif, tapi menurut saya tidak selamanya membuat daftar seperti ini menekankan ke-subjektif-an karena beberapa aspek juga patut diperhitungkan. Dan saya mencoba untuk se-objektif mungkin (dengan melihat beberapa hal terkait rilisan2 ini).
Kesulitannya, saya berpikir bahwa musik khususnya sebuah album, tidak pernah bisa lepas dari artwork. Kita akan sangat puas ketika memiliki sebuah album hebat dengan artwork yang bagus pula. Namun pada kenyataannya, banyak musisi cerdas menghasilkan musik bagus dengan artwork biasa saja atau malah jelek. Atau sebuah album dengan kemasan menjanjikan tapi memuat daftar lagu yang buruk. Semua itu butuh pertimbangan tersendiri.
Namun semua itu kembali pada pribadi masing-masing, ada beberapa individu yang menikmati musiknya tanpa ambil pusing dengan sebuah artwork/cover. Hal ini sah-sah saja karena toh, selera kita pun berbeda-beda. After all, this is what it’s all about: the music.
Kemudian dalam setahun ini begitu banyak album-album bagus yang dirilis sehingga memilih 5 tentu sangat membutuhkan perhitungan. Kenapa 5? Karena saya tidak ingin terlalu panjang mendeskripsikan hal-hal yang menarik di permukaan saja, biarkan pendengar yang menilai. Karena sekali lagi, berbicara tentang musik berarti berbicara tentang hal yang subjektif bukan? Bisa saja anda tidak setuju dengan daftar ini dan menilai semuanya secara berbeda. So here goes the list....

Kylesa – Static Tension (20 Buck Spin)

Band yang baru saja tampil di panggung Hellfest 2009 di Perancis ini tampaknya semakin matang dalam berkarya. Ingin sebuah bukti? Coba bandingkan album-album Kylesa terdahulu dengan Static Tension ini. Anda akan mendapat sebuah pengalaman yang berbeda dengan padu padan antara hardcore dan sludge metal tanpa terjebak dalam eksperimentasi berlebihan. Track pertama ”Scapegoat” masih menjadi favorit saya hingga detik ini. Kesederhanaan riff dan pattern drum tak selamanya menjadi hal yang membosankan apalagi di saat band-band lain mencoba pamer skill dan menguliknya demi mendapat label ”ter-metal”. Tak berhenti sampai disitu, dalam track ”Running Red” Kylesa mencoba mendapat atmosfernya dengan bantuan piano pada bagian intro-nya. Band ini pun masih menjadi andalan label 20 Buck Spin terbukti dengan merilis 3 edisi piringan hitam, regular, deluxe gatefold, dan boxset. Deluxe gatefold 2 x LP 45rpm nya tercetak sebanyak 500 kopi dan berupa barang langka saat ini, sedangkan boxset-nya terbuat dari kayu dengan berbagai merchandise didalamnya dijual dalam jumlah 115 kopi saja dan hanya tersedia lewat webstore 20 Buck Spin. Sayangnya boxset ini sudah sold out dalam hitungan 30 menit saat tanggal rilisnya. Masih belum tertarik dengan band ini?

Track kuncian: Scapegoat, Insomnia for Months (ada di Static Tension)

Baroness – Blue Record (Relapse)

Ketika merilis “Red Album” pada 2007, Baroness, band asal Savannah, Georgia ini langsung disejajarkan dengan rekan sekampung halaman mereka, Mastodon. Memang terdapat beberapa kemiripan musikal dengan raksasa metal tersebut, tapi Baroness masih mencoba se-orisinal mungkin (mungkin kata orisinal kurang tepat untuk era sekarang, namun ini kita bahas nanti saja) dengan riff-riff yang agak mengawang dan warna vokal yang cenderung less-aggressive. Album ini mengandalkan track ”A Horse Called Golgotha” sebagai pendobraknya, sebuah track berdurasi... yang penuh dengan liukan riff gitar Baizley dan substansi drum yang berderap konstan mengisi semua kekosongan dengan rapat. Ketika rencana merilis ”Blue Record” diketahui publik luas, banyak yang telah menanti rilis-nya album ini tanpa ekspektasi yang meluap-luap. Pihak Relapse pun segera mengambil ancang-ancang dengan rencana merilis berbagai tetek bengeknya. Berbagai strategi promosi dilancarkan dengan merilis Double Deluxe CD, disusul dengan bundel eksklusif berisi Triple LP yang memuat sesi live mereka di Canterburry Festival, lengkap dengan merchandise-merchandise lain yang dibungkus dalam sebuah tote bag. Bundel eksklusif ini rencananya akan dirilis di US pada tanggal 5 Januari 2010. Tak tanggung-tanggung, Decibel Magazine memasukkan album ini dalam daftar 40 Top Sale Albums 2009. Jadi sudahkah anda menabung?

Track kuncian: A Horse Called Golgotha (ada di Blue Record)

Church of Misery – Houses of the Unholy (Rise Above)


Delegasi doom asal Jepang yang, hhmmm, underrated. Underrated bukan berarti jelek dan band ini tahu benar apa yang harus diperbuat. Masih terobsesi dengan pembunuhan berantai, Church of Misery merangkum cerita pembunuhan mereka dalam balutan Sabbathian riff seakan-akan mereka hidup di era psikedelik. Cek Die-Hard Vinyl Edition mereka dan cari tahu mengapa label Rise Above bangga setengah mati akan mereka. Highly recommended!!!

Track kuncian: Cities on Flame (ada di di Master of Brutality)

Them Crooked Vultures - S/T (Interscope)


I'd say the greatest collab of this year...kurang apa lagi coba? Pentolan Led Zeppelin John Paul Jones ambil bagian pada bass sementara Dave Grohl seperti biasa memacu drum-nya. Josh Homme ikut serta di gitar dan menambah lengkap formasi supergroup ini. TCV memainkan nomor-nomor rock bercampur stoner berkat sentuhan Grohl dan Homme. Top Notch!!!

Track Kunci: Mind Eraser


Darkest Hour - The Eternal Return (Victory Records)


Punggawa speed/thrash metal asal Washington DC, Darkest Hour tak dinyana kembali merilis full-length album. Tak tanggung-tanggung Brian Mcternan digandeng untuk memproduseri album kelima berjudul The Eternal Return ini...Album ini rilis 23 Juni lalu dibawah Victory Records.
Setelah menjadi headline pada Summer Slaughter Tour dan Thrash and Burn Tour bersama Bleeding Through dan Beneath the Massacre pada April-Mei lalu. Band ini tidak menemukan kesulitan berarti dalam meracik struktur melodic thrashy metal andalan mereka dalam album terbaru mereka ini. Konsistensi yang mantap mereka bawa semenjak album Hidden Hand of the Sadist Nation menyeruak.
The Eternal Return memuat 10 track yang bakal melebihi ekspektasi kritikus musik, yang berpendapat bahwa musik mereka akan "melembut". Namun pada kenyataannya, prediksi mereka hampir 80% salah. Konstruksi riff duo gitaris Mike "Lonestar" Carrigan dan Mike Schleibaum mengingatkan kekejaman mereka di album Hidden Hand of the Sadist Nation. Demikian juga daya jelajah drummer Ryan Parrish yang makin luas, sehingga tidak ada departemen yang kosong. Stabil, kencang, rapat, dengan akurasi tinggi.
Pada Departemen vokal, John Henry, tak ubahnya seperti sebuah mesin dengan artikulasi tajam. Mengingatkan pada style vokal di era Deliver Us dan Undoing Ruin. Meski hampir terdengar sama dan tiada ciri khas bila dibandingkan dengan band-band macam Himsa dan Bleeding Through. Namun peta kekuatan Darkest Hour berada di bagian produksi riff dan rhythm yang tetap dipertahankan kecepatannya.

Mastodon – Crack the Skye (Reprise/Relapse)


Tampaknya album ini ada di setiap daftar album terbaik 2009. Dan aneh rasanya bila saya masih memasukkannya di dalam daftar ini. Tapi saya tidak punya pilihan. Mastodon memang selalu memberi kejutan tanpa butuh sebuah introduksi lagi. Siapa yang tak mengenal Mastodon? Dari penggemar extreme metal hingga hipster kemarin sore pun paling tidak menyimak raksasa satu ini di iPod atau komputernya. Mastodon menurut saya adalah band yang sangat cerdas pada timing kemunculan yang tepat. Band ini kaya akan sumber inspirasi dari literatur hingga sejarah yang dituangkan dalam album-album tercerdas di era millenium ini. Agresif namun tetap harmonis, cerdas tanpa batasan-batasan yang mengungkung, progresif namun tak terjebak pada eksperimen-eksperimen ngawur. Banyak band pada awal karir membuat sebuah album monumental tapi justru nge-drop pada album berikutnya. Hal itu tak berlaku pada band asal Atlanta, Georgia ini. Entah apa rumusnya, tapi yang jelas, album Crack the Skye ini penuh dengan nuansa-nuansa spacey, art rock, psikedelik, namun tetap berakar pada metal yang berpadu menjadi sesuatu yang catchy (saya selalu ingin menulis kata ini). Jangan coba melewatkan track ”The Czar” karena disitulah letak keistimewaan Mastodon. Crack the Skye tampil dalam tiga format; regular LP, Deluxe boxset CD, dan deluxe double LP. How come you don’t own this yet???

Track kuncian: Divination, The Czar (di album Crack the Skye)

Monday 14 December 2009

Kylesa - Static Tension Wooden Boxset








TRULY COLLECTOR'S ITEM, DIE-HARD AND COLLECTIBLE!!!
Boxset ini rilis tanggal 10 Desember lalu dan langsung ludes dalam 30 menit, setidaknya itu yang dikatakan oleh pihak record labelnya, 20 Buck Spin. Dari 150 kopi, hanya 115 buah yang tersedia untuk publik, sisanya diberikan untuk relasi dan teman saja. Harga jualnya saja $59.99 belum termasuk shipping. Bisa dibayangkan harganya di eBay 5 tahun lagi...

Friday 11 December 2009

Black Breath - Razor to Oblivion MLP (Hot Mass Records). Soon to be Huge,,,Hell Roaring Riffs



Setelah enam minggu lewat satu hari, akhirnya orderan saya datang juga - Black Breath - Razor to Oblivion MLP 140gram black vinyl. Awalnya saya jatuh cinta dengan kover-nya ketika sedang mengunjungi website Southern Lord Recording. Band ini sebenarnya tergolong baru, hanya saja personel2 nya sudah lebih dulu bergabung di band2 macam Go It Alone atau Shook Ones. Saya terkejut ketika mengunjungi Myspace mereka karena pada dasarnya saya tergolong skeptis dengan band-band baru. Namun band ini ternyata sungguh berbeda. Intensitas raungan gitar yang renyah dan kualitas rekaman yang memuaskan membuatnya terdengar lain. Band ini memadukan formula Bathory, Celtic Frost dengan Motorhead dan sedikit D-beat dan old school death metal dengan sangat cerdas, catchy, dan tidak membosankan. Setelah puas dengan "test dengarnya", saya segera mencari rilisan2 mereka. Ternyata band ini baru saja sign up dengan label favorit saya, Southern Lord, dan debut EP nya direkam dalam bentuk CD. Saya berpikir seandainya ada rilisannya berupa vinyl, saya pasti akan membelinya. Benar saja, ternyata Southern Lord mendistribusikan vinyl mereka (Hot Mass Records tidak memiliki website)dengan harga cukup murah, hanya $10. tanpa berpikir panjang, saya putuskan membelinya.
Dan inilah, setelah menunggu satu bulan lebih, akhirnya plat itu ditangan saya, dengan packaging yang mantap untuk ukuran indie label. Sangat memuaskan...

Sunday 29 November 2009

Siapa Bilang Vinyl Lebih Ok?



Banyak yang bilang kalo vinyl lebih superior daripada CD sebagai music carrier. Mungkin ada benarnya tapi juga ada beberapa kekurangan yang sangat mempengaruhi. Dari beberapa isu yang saya baca di blog-blog pribadi macam multiply atau blogger, ada pernyataan bahwa penjualan vinyl naik setiap tahun bila dibanding CD yang terus menurun. Sikap konsumen sekarang cenderung berubah dari yang hanya sekadar pendengar berubah menjadi kolektor musik sekaligus artwork. Contoh kecil saja, saya punya pengalaman beberapa waktu lalu waktu "mampir" berbelanja di sebuah toko online asal Bandung, disitu menjual merchandise berupa kaos, beberapa judul CD dan sedikit piringan hitam. Dilihat dari tanggal katalog-nya memang sudah agak lama dan jarang di-update. Beberapa CD juga terlihat masih in-stock. Mata saya tertarik pada 2 buah vinyl rilisan Record Label favorit saya, segera juga saya mengontak sang pemilik untuk menanyakan stok vinyl tersebut via sms. Balasan yang ditunggu datang, sudah sold bunyi sms nya. Kaget juga membaca sms tersebut, karena saya hanya telat beberapa hari dari tanggal upload foto katalog tersebut. Dari pengalaman saya tersebut bisa diambil contoh kecil perihal vinyl vs CD. Alasannya ya dari kalimat pertama tulisan ini; mitos bahwa vinyl lebih awet ketimbang CD, tergiur embel-embel limited edition dengan iming-iming harga jual kembali yang meroket, menyukai artwork yang super besar, dll. Padahal ketika ditengok lebih lanjut, merawat vinyl lebih susah menurut saya.

Vinyl itu fragile, sangat-sangat fragile! Hampir mustahil menerima sebuah kopi yang flawless atau Mint. Apalagi dari sebuah rilisan jadul tahun 50an. Padahal harga jual kembali sebuah vinyl tergantung dari grading yang biasanya ditandai dengan M=Mint, NM=Near Mint, VG++=Very Good++, VG=Very Good, dan Poor. Bagi kita yang tinggal di Indonesia, sangat jarang vinyl yang sampai di tangan kita dalam kondisi Mint, meskipun di toko yang menjual menjamin bahwa barangnya New and Sealed alias baru dan segel. Proses shipping, perlakuan kurir dan transit yang lama tak jarang memperbesar kemungkinan order kita rusak. Sementara Mint Cover, berarti tanpa cacat berupa ujung sampul yang rusak (bent corner, dinged corner), ring wear (bekas berupa lingkaran hasil dari piringan hitam yang menekan sampul), split seams (sampul sobek akibat guncangan), atau kerusakan pada warna. Untuk vinyl-nya sendiri Mint berarti tidak ada goresan barang selembut apapun pada alur yang akan menghasilkan noise atau gemerisik. Bila melihat kriteria Mint diatas sangat mustahil untuk mendapatnya. Dari pengalaman saya selama berburu plat online, hanya beberapa yang tiba ditangan saya dengan kondisi sempurna. Lainnya? Ujung sampul bengkok, sampul pelindung vinyl sobek, dan goresan2 lembut pada vinyl. Goresan2 ini tak jarang akan semakin parah bila vinyl sering dipindah2kan dan dipegang tepat pada alur nya (groove).

Mengkoleksi vinyl itu membutuhkan waktu dan perhatian lebih dibanding CD. Karena CD memiliki pelindung plastik (CD case) yang pastinya lebih tahan lama bila dibanding karton tebal milik vinyl. Ada yang bilang vinyl dari tahun 50an masih bisa didengar hingga sekarang, memang betul, tapi bagaimana dengan kualitasnya? Sebagian besar vinyl dari tahun ini memiliki noise yang besar dan sering pula membuat skip (jarum turntable meleset).
Jadi masih tertarik mengkoleksi vinyl?

Resurrection of Whiskey Foote: Sebuah perpisahan hangat dari The Hidden Hand


Album ini adalah album ketiga sekaligus terakhir dari sebuah band yang influensial namun underrated - The Hidden Hand. Lalu apa yang membuat album ini istimewa? Layaknya goodbye gift, album ini telah dipoles sedemikian rupa secara komposisi dan packaging. Komposisi, karena The Hidden Hand mengalir dalam nuansa lebih transendental dengan lirik yang lebih personal tentang pengalaman spiritual. Packaging-nya hadir dalam Die-Hard Edition dan Regular. Selain itu juga terdapat versi "All that is Heavy" version berupa transparent blue vinyl yang hanya dijual secara online di Allthatisheavy.com. Lalu sebagai kata pengantarnya, Andreas dari Exile on Mainstream Records - Sebuah label asal Jerman - menulis beberapa paragraf tentang kesan dan pengalamannya selama berjibaku bersama Wino - motor dari The Hidden Hand. Andreas memiliki kesan tersendiri terhadap Wino dan band-nya terdahulu, St. Vitus. Dia menulis bagaimana dia pertama kali membeli piringan hitam St. Vitus dari uang yang diberikan Pemerintah Jerman Barat sebagai ucapan selamat datang beberapa saat setelah tembok Berlin runtuh. Album yang dirilis oleh Doomentia Records dari Czech Republic ini menurut saya bakalan menjadi klasik suatu saat nanti.

Saturday 28 November 2009

CDs and Vinyls at Du68 Music Store




Pecinta Vinyl dan CD tak perlu lagi repot-repot belanja online dan menunggu sampai sebulan hingga orderannya datang. Du68 Music Store di Bandung akan mempermudah perburuan anda dengan koleksi yang eklektik dari metal hingga synth pop. Bagi yang berdomisili diluar Bandung, silakan cek Du68.multiply.com.

Friday 27 November 2009

Electric Wizard/Reverend Bizarre Split Die-Hard Vinyl Edition


Saya tidak bisa komentar apa-apa selain Tooopppp, ketika menjumpai rilisan dari band doom garis depan ini. Sebuah split album dari Electric Wizard - band asal inggris yang dibaptis langsung oleh Black Sabbath dan Cathedral - dengan Reverend Bizarre - band tradisional klasik doom asal Swedia. Album ini menandai rilisan Electric Wizard ke-lima setelah sebelumnya merilis 4 album yang klasik dan dicari para kolektor sampai kemana pun.
Split album ini di rilis dalam 2 format, standard dan Die-Hard. Die-Hard edition menampilkan cover album tanpa sensor dilengkapi poster berukuran A2 dengan vinyl berwarna merah. Jangan pernah bertanya harganya, karena semua rilisan Electric Wizard bisa mencapai 170an dollar. Saya beruntung mendapatkan album "S/T" seharga 40dollar di Ebay beberapa waktu lalu. Karena terakhir di cek, harganya sudah melampaui 80dollar an.

Friday 20 November 2009

This Month Vinyl: Doomriders Vs Boris "Long Hair and Tights" 2xLP (Daymare Recordings)




Kali ini pilihan saya jatuh pada album ini. Entah kenapa saya selalu jatuh cinta ketika melihat packaging-nya. Padahal album ini dirilis pada tahun 2007, namun tetap saja masih terdengar segar. Album ini dirilis oleh Daymare Recordings Jepang yang aktif merilis band-band drone, eksperimental, atau progresif.
Jepang tampaknya memang sebuah negara yang serba perfeksionis, entah itu teknologinya atau budayanya. Dan hal tersebut terbukti pula disetiap rilisan Daymare. Album ini punya semuanya; desain mantap, packaging oke, dan sound yang nendang. Dan lagi album ini hanya dirilis dalam format vinyl terbatas dalam jumlah 1000 kopi diseluruh dunia (500 red vinyl dan 500 yellow vinyl).
Long Hair and Tights sebenarnya adalah set live dari keduanya pada saat tur di daratan Amerika tahun 2006. Doomriders merekam materinya secara live di pizza Joint, Vasalia California, sementara Boris merekamnya di Slim's, San Francisco.
Kedua band sepertinya tidak butuh introduksi lagi, masing-masing adalah ikon dari genre yang mereka wakili. Boris adalah punggawa drone terdepan dari negeri sakura yang deretan albumnya selalu penuh totalitas. Sementara Doomriders adalah ikon dari modern rock n roll terdiri dari pentolan-pentolan scene (Converge, Cast Iron Hike, There Were Wires, Disappearer, Old Man Gloom, etc) memainkan motorheady rock n roll dengan semangat seorang nihilis yang menyukai skateboard.
Secara visual, kovernya pasti mengingatkan pada sebuah album klasik. Yup, anda benar, kover nya adalah sebuah daur ulang dari artwork album klasik "Screaming for Vengeace" milik Judas Priest yang dikerjakan oleh Fangsanalsatan. Di print diatas cardboard tebal daur ulang berbentuk gatefold dengan nuansa emas yang tentunya menambah keeksklusifan album ini. Yang menarik, versi mailorder-nya dilengkapi stencil logo kedua band. Tentu saja harga versi mailorder ini sudah jauh berbeda dengan versi standard.
Setelah lama terjual habis, terakhir di cek di ebay harganya berkisar antara 60-80dollar (Entah kenapa harga antara red vinyl dengan yellow berbeda sangat jauh). Stok masih stabil, dalam artian tidak begitu langka sehingga masih ada banyak waktu untuk memilikinya. Namun jika sudah tak sabar, Kreationrecords.net masih memiliki beberapa stok versi yellow vinyl nya.

Perburuan Paus Putih





Sudah lama saya nge-fans dengan band satu ini, Mastodon, band prog-metal asal Atlanta, Georgia yang ga pernah tanggung2 dalam hal mengkomposisi musiknya. Tak lupa juga ga pernah tanggung2 dalam membuat desain packaging rilisan2nya. Dulu pada awal kemunculannya, saya masih kurang ngeh dengan plat atau CD-nya, karena saya waktu itu masih sibuk mengkoleksi kaos2 band. Musiknya cukup saya putar secara digital saja. Dan kini ketika hasrat mengkoleksi artefak-artefak musik itu muncul, apa daya salah satu album paling bersejarah menurut saya sudah tak lagi di produksi (dalam hal ini adalah Relapse Records yang bertanggung jawab). Relapse Records memang selalu menyukai hal-hal yang berbau limited apalagi untuk format piringan hitam nya. Semua rilisan dalam bentuk piringan hitam tidak pernah diproduksi lebih dari 2000 kopi. Satu hal yang menjadi kebiasaan mereka adalah, merilis plat berwarna "Clear" dalam jumlah 100 kopi dan tidak tersedia bagi publik! hanya tersedia untuk kerabat dan personel band2 nya.
Dan bisa ditebak, harga nya melambung gila2an ketika dijumpai di forum2 seperti Ebay, Popsike, Discogs.com, dll. Apalagi ketika menyangkut band2 penting seperti Mastodon ini, hampir tidak mungkin menjumpai harga PH-nya di bawah 50 dollar (kecuali dalam kondisi memprihatinkan).
Nahh, pengalaman saya juga seperti itu. Semenjak aktif di ebay (aktif berbelanja maksudnya) beberapa bulan yang lalu, saya selalu menyempatkan diri berburu plat album "Leviathan" (Album paling favorit dari Mastodon). Tapi mudah ditebak, band sebesar mastodon apalagi dengan format piringan hitam terbatas akan mendongkrak harganya hingga ke bulan. Pertama mengikuti lelang album "Leviathan" saya kalah telak karena terjual di kisaran 150 dollar (warna clear pula!), hingga sampai detik ini saya sudah kalah sebanyak 7 kali. Maklum, kantong saya belum mampu membeli barang diatas 60 dollar-an. Hingga sepertinya jalan menuju "Leviathan" masih tertutup untuk saya saat ini.
Hebatnya lagi, semua album Mastodon (kecuali yang terbaru, "Crack the Skye) juga mengalami hal yang sama. Album "Call of the Mastodon" mencapai harga 60 dollar-an untuk versi black vinyl-nya, sementara album "Remission" 2xLP di kisaran 90 dollar-an, hanya album "Blood Mountain" yang sepertinya agak stabil, masih di kisaran 50 dollar-an. Belum lagi kita masih harus memikirkan ongkos kirim yang tentunya termasuk asuransi (barang diatas 50 dollar biasanya harus diasuransikan).
Yang saya pikirkan adalah kenapa bisa terjadi hal seperti ini? saya pikir strategi "Limited Edition" itu hanya sebuah strategi penjualan agar para konsumen buru-buru membeli. Karena sebetulnya barang2 "Limited Edition" khususnya plat itu tidak semuanya worth to buy. Tapi ternyata perkiraan saya salah, album dari band yang baru muncul di tahun 2000-an kemaren saja sudah bisa menembus angka 150 dollar. Cukup telak bagi orang-orang berkantong cekak seperti saya yang notabene tinggal di Indonesia.
Mungkin suatu saat nanti saya dapat memiliki album impian saya tersebut, namun pastinya semakin tua albumnya semakin tinggi pula harganya. Who knows... Nge-bid di ebay lagi aja ahhh kali aja menang...

Thursday 19 November 2009

Gatt/Infernal Stronghold Split 7"


Akhirnya plat 7" dari aksi grindcore minimalist asal ibu kota Gatt bersama Philadelphian Infernal Stronghold sudah tersedia dalam jumlah sangat terbatas. Ada bonus patches kedua band tersebut. Di-press diatas Gold clear vinyl. Pastikan kamu sudah memilikinya, bila belum segera kontak di myspace.com/gattcrusher.

The Accused - Curse of Martha Splatterhead LP

Akhirnya setelah dinanti-nanti, legenda splatter rock The Accused merilis album lagi dibawah label Southern Lord. Versi CD nya sudah rilis beberapa bulan lalu dan kini giliran versi vinyl nya. 180 gram vinyl dengan full color inner sleeve dan jacket. Mail order version-nya terbatas sebanyak 500 kopi (splatter vinyl version) lengkap dengan 18×24″ poster. Oya, versi vinyl nya juga termasuk 2 EXCLUSIVE BONUS TRACKS!*Cover of the UK Subs classic “Living Dead” and*a reworking of the old Accüsed favorite “Wrong Side of the Grave” yang ga ada di versi CD-nya. So it is a must have, eh?

Sunn O))) - Oracle Lp Repress is Coming

Setelah menanti cukup lama, kini para penggemar Sunn O))) akhirnya bisa memperoleh second pressing-nya. Kali ini tersedia dalam 180 gram blue vinyl dan clear vinyl. Versi blue vinyl nya akan mendapat 18x24" Oracle poster dan untuk 150 pembeli pertama akan mendapat CD single "Oracle". Buat penggemar berat dengan dana terbatas, bisa juga cek bundel T-shirt+Oracle Blue LP nya. This won't last long!!!

Baroness - Blue Album Vinyl Version

Setelah versi CD-nya rilis di bulan Oktober, kini giliran versi vinyl-nya mendobrak pasar. Rencana nya akan dilansir pada 24 November. Belum ada komentar resmi dari pihak Relapse, tapi di beberapa online record shops malah sudah menetapkan sistem pre-order. Sedangkan di Relapse sendiri belum ada secuil pun informasi. Ini bocoran gambar dari manufacturer-nya, Pirate Press.

WELCOME TO AMONG THE VINYLS!



Halo semua,,,
Ditengah kesibukan menyelesaikan kuliah dan pekerjaan sebagai copy writer, saya menyempatkan diri menulis di blog ini. Tujuannya sederhana, hanya ingin berbagi cerita tentang kecintaan terhadap piringan hitam atau vinyl (agak rancu sebenarnya kalo menyebut piringan hitam, karena sekarang semua pilihan warna piringan ada). Namun nantinya tidak menutup kemungkinan untuk tips-tips dan informasi seputar vinyl dan perburuannya. Bagi anda yang ingin menyumbangkan tulisan atau info-info, silakan kirim ke email ini: adirenaldi@gmail.com
bisa juga drop komen di chatbox...
Long live vinyl!!!